ANALISIS
JALUR / PATH ANALYSIS
1.1
Sejarah Analisis Jalur
Bagaimana
sejarah perkembangan analisis jalur? Teknik analisis jalur, yang dikembangkan
oleh Sewal Wright di tahun 1934,
sebenarnya merupakan pengembangan
korelasi yang diurai menjadi beberapa interpretasi akibat yang
ditimbulkannya. Lebih lanjut, analisis jalur mempunyai kedekatan dengan regresi
berganda; atau dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus dari
analisis jalur. Teknik ini juga dikenal sebagai model sebab-akibat (causing
modeling). Penamaan ini didasarkan pada alasan yang bahwa analisis jalur
memungkinkan pengguna dapat menguji proposisi teoritis mengenai hubungan sebab
dan akibat tanpa memanipulasi variabel-variabel. Memanipulasi variabel
maksudnya ialah memberikan perlakuan (treatment) terhadap
variabel-variabel tertentu dalam pengukurannya. Asumsi dasar model ini ialah
beberapa variabel sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat dekat satu dengan
lainnya. Dalam perkembangannya saat ini analisis jalur diperluas dan diperdalam
kedalam bentuk analisis “Structural
Equation Modeling” atau dikenal dengan singkatan SEM.
1.2 Pengertian
Apa
sebenarnya analisis jalur itu? Terdapat beberapa definisi mengenai analisis
jalur ini, diantaranya : “Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis
hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya
mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara
tidak langsung”. (Robert D. Retherford 1993).
Sedangkan definisi lain mengatakan: “Analisis
jalur merupakan pengembangan langsung
bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat
kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat
hipotetikal dalam seperangkat variabel” (Paul webley, 1997)
David Garson dari North Carolina State University mendefinisikan analisis jalur
sebagai “Model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model
hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan
dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan
sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu
model sebagai variabel tergantung (pemberi respon) sedang yang lain sebagai
penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan
dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan
juga penghitungan uji keselarasan statistik. (David Garson, 2003). Dari
definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya analisis jalur
merupakan kepanjangan dari analisis regresi berganda.
1.3 Prinsip-Prinsip
Dasar
Prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam
analisis jalur diantaranya ialah:
Adanya linearitas (Linearity).
Hubungan antar variabel bersifat linear
Adanya aditivitas (Additivity).
Tidak ada efek-efek interaksi
Data
berskala interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data berskala interval (scaled values). Jika data belum dalam bentuk
skala interval, sebaiknya data diubah dengan menggunakan Metode Suksesive Interval
(MSI) terlebih dahulu.
Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah
satu variabel - variabel dalam model.
Istilah gangguan (disturbance terms) atau
variabel residual tidak boleh
berkorelasi dengan semua variabel endogenous dalam model. Jika dilanggar,
maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk mengestimasikan
parameter-parameter jalur.
Sebaiknya hanya terdapat multikoliniearitas yang rendah.
Multikolinieritas maksudnya dua atau lebih variabel bebas (penyebab) mempunyai
hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan mendapatkan standar error yang besar dari koefesien beta (b)
yang digunakan untuk menghilangkan varians biasa dalam melakukan analisis
korelasi secara parsial.
Adanya recursivitas. Semua anak panah mempunyai satu
arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali (looping).
Spesifikasi model
benar diperlukan untuk menginterpretasi koefesien-koefesien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel penyebab yang
signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefesien jalur akan merefleksikan
kovarians bersama dengan semua variabel yang tidak diukur dan tidak akan dapat
diinterpretasi secara tepat dalm kaitannya dengan akibat langsung dan tidak langsung.
Terdapat
masukan korelasi yang sesuai. Artinya jika kita menggunakan matriks korelasi
sebagai masukan, maka korelasi Pearson digunakan untuk dua variabel berskala
interval; korelasi polychoric untuk
dua variabel berksala ordinal; tetrachoric
untuk dua variabel dikotomi (berskala nominal); polyserial untuk satu variabel
interval dan lainnya ordinal; dan biserial untuk satu variabel berskala
interval dan lainnya nominal.
Terdapat ukuran sampel yang memadai.
Jika dalam contoh ini hanya diberikan 30 sampel, maka sebaiknya untuk riset
yang sebenarnya gunakan sample minimal 100 untuk memperoleh hasil analisis yang
signifikan dan lebih akurat.
Sampel sama
dibutuhkan untuk pengitungan regresi dalam model jalur.
Asumsi
analisis jalur mengikuti asumsi umum
regresi linear, yaitu:
a. Model
regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka signifikansi pada ANOVA
sebesar < 0.05
b. Predictor yang digunakan sebagai variable
bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of
Estimate < Standard Deviation
c. Koefesien regresi harus signifikan.
Pengujian dilakukan dengan Uji T. Koefesien regresi signifikan jika T hitung
> T table (nilai kritis)
d. Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya
tidak boleh terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar
variable bebas.
e. Tidak
terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Dubin dan Watson sebesar
< 1 dan > 3
1.4 Konsep-Konsep
dan Istilah Dasar
Dalam analisis jalur dikenal beberapa konsep dan
istilah dasar. Dengan gambar model di bawah ini akan diterangkan konsep- konsep
dan istilah dasar tersebut:
- Model jalur. Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas, perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak panah. Anak panah-anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebab–akibat antara variabel-variabel exogenous atau perantara dengan satu variabel tergantung atau lebih. Anak panah juga menghubungkan kesalahan (variabel residue) dengan semua variabel endogenous masing-masing. Anak panah ganda menunjukkan korelasi antara pasangan variabel-variabel exogenous.
- Jalur penyebab untuk suatu variabel yang diberikan meliputi pertama jalur-jalur arah dari anak-anak panah menuju ke variabel tersebut dan kedua jalur-jalur korelasi dari semua variabel endogenous yang dikorelasikan dengan variabel-variabel yang lain yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke variabel yang sudah ada tersebut.
- Variabel exogenous. Variabel – variabel exogenous dalam suatu model jalur ialah semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eskplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju kearahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel exogenous dikorelasikan maka korelasi tersebut ditunjukkan dengan anak panah dengan kepala dua yang menghubungkan variabel-variabel tersebut.
- Variabel endogenous. Variabel endogenous ialah variabel yang mempunyai anak-anak panah menuju kearah variabel tersebut. Variabel yang termasuk didalamnya ialah mencakup semua variabel perantara dan tergantung. Variabel perantara endogenous mempunyai anak panah yang menuju kearahnya dan dari arah variabel tersebut dalam sutau model diagram jalur. Sedang variabel tergantung hanya mempunyai anak panah yang menuju kearahnya.
- Koefesien jalur / pembobotan jalur. Koefesien jalur adalah koefesien regresi standar atau disebut ‘beta’ yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung dalam suatu model jalur tertentu. Oleh karena itu, jika suatu model mempunyai dua atau lebih variabel-variabel penyebab, maka koefesien-koefesien jalurnya merupakan koefesien-koefesien regresi parsial yang mengukur besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dalam suatu model jalur tertentu yang mengontrol dua variabel lain sebelumnya dengan menggunakan data yang sudah distandarkan atau matriks korelasi sebagai masukan.
- Variabel-variabel exogenous yang dikorelasikan. Jika semua variabel exogenous dikorelasikan, maka sebagai penanda hubungannya ialah anak panah dengan dua kepala yang dihubungkan diantara variabel-variabel dengan koefesien korelasinya.
- Istilah gangguan. Istilah kesalahan residual yang secara teknis disebut sebagai ‘gangguan’ atau “residue” mencerminkan adanya varian yang tidak dapat diterangkan atau pengaruh dari semua variabel yang tidak terukur ditambah dengan kesalahan pengukuran.
- Aturan multiplikasi jalur. Nilai dari suatu jalur gabungan adalah hasil semua koefesien jalurnya.
- Decomposisi pengaruh. Koefesien-koefesien jalur dapat digunakan untuk mengurai korelasi-korelasi dalam suatu model kedalam pengaruh langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan jalur langsung dan tidak langsung yang direfleksikan dengan anak panah – anak panah dalam suatu model tertentu. Ini didasarkan pada aturan bahwa dalam suatu sistem linear, maka pengaruh penyebab total suatu variabel ‘i’ terhadap variabel ‘j’ adalah jumlah semua nilai jalur dari “i” ke “j”.
- Signifikansi dan Model keselarasan dalam jalur. Untuk melakukan pengujian koefesien – koefesien jalur secara individual, kita dapat menggunakan t standar atau pengujian F dari angka-angka keluaran regresi. Sedang untuk melakukan pengujian model dengan semua jalurnya, kita dapat menggunakan uji keselarasan dari program. Jika suatu model sudah benar, diantaranya mencakup semua variabel yang sesuai dan mengeluarkan semua variabel yang tidak sesuai; maka jumlah nilai-nila jalur dari I ke j akan sama dengan koefesien regresi untuk j yang diprediksi didasarkan pada I, yaitu untuk data yang sudah distandarisasi dimana koefesien regresi sederhana sama dengan kefesien korelasi; maka jumlah semua koefesien (standar) akan sama dengan koefesien korelasi.
- Anak panah dengan satu kepala dan dua kepala. Jika ingin menggambarkan penyebab, maka kita menggunakan anak panah dengan satu kepala. Sedang untuk menggambarkan korelasi, kita menggunakan anak panah yang melengkung dengan dua kepala. Ada kalanya hubungan sebab akibat menghasilkan angka negatif, untuk menggambarkan hasil yang negatif digunakan garis putus-putus.
- Pola hubungan. Dalam analisi jalur tidak digunakan istilah variabel bebas ataupun tergantung. Sebagai gantinya kita menggunakan istilah variabel exogenous dan endogenous.
- Model Recursive. Model penyebab yang mempunyai satu arah. Tidak ada arah membalik (feed back loop) dan tidak ada pengaruh sebab akibat (reciprocal).
Dalam model ini satu variabel tidak dapat berfungsi sebagai penyebab dan
akibat dalam waktu yang bersamaan.
- Model Non-recursive. Model penyebab dengan disertai arah yang membalik (feed back loop) atau adanya pengaruh sebab akibat (reciprocal).
- Direct Effect. Pengaruh langsung yang dapat dilihat dari koefesien jalur dari satu variable ke variable lainnya.
- Indirect Effect. Urutan jalur melalui satu atau lebih variable perantara.
1.5 Model
analisis Jalur
1.5.1
Diagram Jalur
Pada saat melakukan analisis jalur, disarankan untuk
terlebih dahulu menggambarkan secara dragmatik struktur hubungan kausal antara
variabel penyebab dan variabel akibat. Diagram ini disebut diagram jalur (path
diagram), dan bentuknya ditentukan oleh teoritik yang berasal dari kerangka
pikir tertentu (Somantri dan Mohidin, 2006). Diagram jalur merupakan gambar yang meragakan struktur
hubungan kausal antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebuah diagram
jalur, tanda panah berujung ganda menunjukkan hubungan korelasional dan tanda
panah satu arah menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh langsung dari variabel
bebas (eksogen) X terhadap variabel terikat (endogen) Y (Riduwan & kuncoro,
2008). Untuk lebih jelasnya akan diilustrasikan melalu gambar berikut:
X
|
Y
|
Ɛ
|
Gambar 1.1
Diagram Jalur yang menyatakan hubungan kausal dari X ke Y
Gambar 1.1 merupakan diagram jalur yang paling
sederhana. Gambar tersebut menyatakan bahwa Y dipengaruhi langsung oleh X,
tetapi diluar itu masih banyak penyebab lain yang tidak diukur.
Penyebab-penyebab lain itu dinyatakan oleh Ɛ.
Persamaan struktural yang dimiliki
oleh gambar tersebut adalah Y = ρyxX + Ɛ. Selanjutnya tanda panah satu arah menggambarkan
pengaruh langsung dari variabel exogenous terhadap variabel endogenous.
X1
|
X2
|
X3
|
Y
|
Ρyx1
|
Ρyx3
|
Ρyx2
|
Ɛ
|
r12
|
r23
|
R13
|
Gambar 1.2 Diagram Jalur yang
menyatakan hubungan kausal dari X1, X2, dan X3
ke Y
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa
terdapat tiga buah variabel eksogen yaitu X1, X2, dan X3,
sebuah variabel endogen Y, dan sebuah variabel residu Ɛ. Pada diagram
tersebut juga ditunjukkan bahwa hubungan X1 dengan Y, X2 dengan
Y, dan X3 dengan Y adalah hubungan kausal, sedangkan hubungan antara
X1 dengan X2, X2 dengan X3 , dan X3
dengan X1 masing-masing adalah hubungan korelasional. Dengan bentuk
persamaan strukturalnya adalah Y = ρyx1X1 + ρyx2X2
+ ρyx3X3 +Ɛ ( Somantri dan Mohidin, 2006 )
X1
|
Ρzx2
|
X3
|
X2
|
Y
|
Z
|
Ɛ1
|
Ɛ2
|
Ρzx3
|
Ɛ1
|
Ρzx1
|
ΡZY
|
ΡYx2
|
ΡYx1
|
Ρyx3
|
r12
|
r23
|
r13
|
Gambar 1.3 Diagram Jalur yang
menyatakan hubungan kausal dari X1, X2, dan X3 ke
Y dan dari Y ke Z.
Gambar ini menjelaskan terdapat tiga
hubungan substruktural. Pertama substruktural yang menyatakan hubungan kausal dari X1, X2, X3
ke Y, yang kedua menyatakan hubungan kausal dari X1, X2,
X3 ke Z,dan yang ketiga menyatakan hubungan antara Y dan Z. Maka ada
dua persamaan struktural yang diperoleh yaitu Y = ρyx1X1 + ρyx2X2
+ ρyx3X3 +Ɛ, Z = ρzx1X1 + ρzx2X2 + ρzx3X3
+
Y +Ɛ.
1.5.2 Analisis Jalur Model Trimming
Model Trimming adalah model yang
digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur analisis jalur dengan cara
mengeluarkan dari model variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan
(riduwan & kuncoro, 2008). Jadi, model Trimming terjadi ketika koefisien
jalur diuji secara keseluruhan ternyata ada variabel yang tidak signifikan.
Walaupun ada satu, dua, atau lebih variabel yang tidak signifikan, peneliti
perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah dihipotesiskan.
Cara menggunakan model trimming
yaitu menghitung ulang koefisien jalur tanpa menyertakan variabel eksogen yang
koefisien jalurnya tidak signifikan. Langkah-langkah pengujian analisis jalur
model trimming sebagai berikut:
1.
Merumuskan persamaan struktural.
2. Menghitung
koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi.
3. Menghitung
koefisien jalur secara simultan (keseluruhan).
4. Menghitung
secara individual.
5. Menguji
kesesuaian antar model analisis jalur.
6. Merangkum ke
dalam tabel.
7. Memaknai dan
menyimpulkan.
1.6
Kesimpulan
Penjelasan
|
MODEL ANALISIS
|
|||
Korelasi
|
Regresi
|
Path (Jalur)
|
struktural
|
|
Variabel
|
Tidak ada ketentuan
|
Bebas (X)
Terikat (Y)
|
Eksogen (X)
Endogen (Y)
Intervening (bila ada)
|
Eksogen (X)
Endogen(Y)
Intervening (bila ada)
|
Kegunaan
|
1. Explanation (penjelasan)
2. Hubungan dan predikasi kualitatif
|
1. Penjelasan terhadap fenomena yang
dipelajari atau permasalahan yang diteliti.
2. Prediksi kuantitatif.
3. Faktor diterminan, yaitu penentuan
variabel bebas(X) yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat(Y)
|
1. Penjelasan
2. Prediksi kualitatif
3. Faktor diterminan
4. Penelusuran mekanisme
(lintasan)pengaruh
5. Pengujian model, mengunakan teori
trimming, baik untuk uji keajegan konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan
konsep baru
|
1. Penjelasan
2. Prediksi kuantitatif
3. Pengujian model, menggunakan uji
t, baik untuk uji keajegan konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan
konsep
baru
|
Hubungan yang dianalisis
|
Tunggal atau ganda
|
Bersifat tunggal
|
Tunggal atau ganda
|
Tunggal
atau ganda
|
Jenis data yang dianalisis
|
Skala interval dan ratio
|
Skala interval dan ratio
|
Minimal skala interval dan data dinyatakan dalam
satuan baku atau z score
|
Data mentah (raw data)
|
Asumsi
|
1. Hubungan antar variabel berpola
linier, bersifat normal.
2. Sistem aliran kausal dua arah.
3. Minimal skala ukur interval dan ratio.
4. Sampel random
5. Data yang diukur valid dan
reliabel
6. Model yang dianalisis berdasarkan
teori-teori yang relevan
|
Pada prinsipnya sama dengan
korelasi, hanya sistem aliran kausal ke satu arah
|
1. Pada prinsipnya sama dengan
korelasi dan regresi
2. Sistem aliran kausal ke satu arah
3. Variabel terikat/endogen
4. Sistem aliran kausal ke satu arah
5. Variabel terikat/endogen (Y)
minimal dalam skala ukur interval dan ratio
|
1. Pada prinsipnya sama dengan
korelasi, regresi, dan path analisis
2. Pola hubungan yang sesuai adalah
pola hubungan yang mengikuti model regresi, sedangkan untuk tujuan hubungan
sebab akibat pola yang tepat adalah model struktural secara matematik
analisis jalur mengikuti pola model struktural
|
DAFTAR
PUSTAKA
Riduwan & Engkos A.K(2011). Cara Mudah Menggunakan dan Memaknai Path
Analysis. Cetakan ke-3. Bandung: CV Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar